Rabu, 07 November 2018

KUMIS MENANGIS

#SuratUntukAyah
#KPKersTaiwan

KUMIS MENANGIS
Oleh : Nok Yuli Yuhalini

Cium pipi kanan, cium pipi kiri, cium dahi  cium hidung, cium dagu, ketika engkau memajukan bibirmu akupun bergegas lari dan engkau mengejarku sampai aku tertangkap dalam pelukan, mmmuach menderat dipipi untuk kesekian kali hingga ujung kumis itu menusuk-menusuk, Aaah geli. Semakin aku memberontak engkau semakin asik menggelitikku, cukup pak, cukup.

Itu …
Dulu, saat aku masih balita, hadirnya yang singkat, membuatku merindunya. Pak pulanglah. Aku merindumu.

Masih kutunggu kedatanganmu, kala aku menghabiskan bangku sekolah menengah, aku harap engkau datang secara tiba-tiba dari balik dinding berlantai dua sekolahku hingga para murid meninggalkan ruangan satu persatu, aku masih terus menunggumu. Engkaupun tak kunjung tiba, dimana aku mencarimu. Alasan apa yang membuatmu kekeh untuk meninggalkanku.?

Sempat kudapat kabar tentangmu bahwa engkau telah tiada, aku rapuh, aku ingin mencium batu nisanmu, aku ingin mencari tempat peristirahatan terakhirmu. Lagi-lagi itu hanya kabar burung. Hati kecilku masih yakin engkau masih ada.

Kehidupanku pun perlahan meninggalkan kenangan kita, kenangan saat aku masih dimanja olehmu, permisi dan salam aku pamit lewat doa. Semoga engkau masih senantiasa dalam lindungan-Nya, dalam uluran tangan Allah.

Bila kita ditakdirkan untuk bertemu, bertemu dalam hari kebahagianku yaitu hari pernikahanku. Entah kapan waktu itu tiba, tapi aku yakin engkau akan datang menjadi wali pernikahan.

Tahun telah berganti untuk kesekian kalinya, Akupun menikah, dan doaku terbukti engkau Hadir dihari kebahagianku, terimakasih pak. Tapi maaf, aku harus menyambutmu dengan cara apa.?
Hati kecilku membeku
Ragaku  teramat kering menyambutmu
Aku tercekik karena antusiasku dulu menunggu, kini antara bahagia, benci, marah, atau tak menerimamu. Akupun tau. Aku juga salah.

Sepucuk doa selalu kupanjatkan dalam sujud untukmu, bila tangan ini, nama ini, tidak mampu menjagamu dimasa tuamu. Maafkan aku.

Shilin, 7 November 2018

Senin, 05 November 2018

PERASAAN HATI ISTRI

Sebelum menikah, Tau mya kerja kerja dan kerja. Hal yang paling membuatku bahagia itu ketika aku mampu memberikan gajih bulananku ke Emak, walau aku yakin sampai aku matipun aku tak mampu membayar perjuangan emak, atau mengganti air susu yang mendarah dagimg di jasadku. Itu tak mungkin terbayar..


Emak, Aku tulang rusukmu
Tapi sayang aku terlahir sebagai anak perempuan
Yang tidak bisa memberikan nafkah hingga akhir hayatku
Terlebih aku kini telah menjadi istri orang lain bagi menantumu.

Emak, Hati kecilku tidak pernah rela mendengar engkau terus bekerja keras demi masa kedepanmu
Hingga usiamu yang tak lagi muda ( 47 tahun di tahun 2018).


Aku gagal membuatmu sukses sebelum aku menikah
Aku belum bisa membuktikan menjadi anak yang memfasilitasi emak dimasa tuamu.


Aku malu pada kemampuan diriku sendiri

Sedangkan kini, aku hanya menyisahkan nilai yang tak seberapa untuk emak,,


jika aku tak mampu memberikan secara materi
Doakan anakmu menjadi anak dan istri yang shaleha untuk mengiringi dengan Doa.


Semoga pula suamiku bisa menerimamu bila telah uzur tiba secara ikhlas.


Aku sayang emak
Teramat sayang


dan bila nanti suamiku tidak bisa menerimu


Aku benar benar menjadi anak yang merugi dan tidak bisa membuatmu bahagia di usia senjamu.